Jumat, 01 Maret 2013

LAPORAN PERHITUNGAN MIKROORGANISME




PENDAHULUAN
Laboratorium merupakan wadah atau tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali. Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya, misalnya laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan laboratorium bahasa (Balbach, 1996).
Pengukuran kuantitatif populasi mikroba seringkali amat diperlukan di dalam berbagai macam pelaahan mikrobiologi. Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel, antar lain dengan hitungan cawan (plate count), hitungan mikroskopis langsung (direct microscopic count) yang menggunakan mikroskop serta ruang hitung (haemositometer) atau secara elektonis dengan bantuan alat yang disebut penghitung coulter (coulter counter) (Hutagaol, 2011).
Larutan baku adalah larutan standar yaitu larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti. Untuk mengetahui konsentrasinya larutan tersebut harus dibakukan atau distandarisasikan makanya disebut larutan baku/standar. Cara yang paling umum untuk standarisasi adalah dengan titrasi. Pengenceran adalah penambahan pelarut kedalam suatu larutan jadi pada prinsipnya jumlah mol zat sebelum dan sesudah diencerkan tetap (Hutagaol, 2011).
Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop. Salah satu jenis mikroorganisme adalah bakteri. Bakteri merupakan organisme uniselular yang tumbuh dengan cara pembelahan biner yaitu satu sel membelah secara simetris. Untuk mempermudah penghitungan koloni diperlukan pengetahuan mengenai morfologi bakteri tersebut sehingga
2
media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut. Kehadiran mikrobia pada makanan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Ada hasil metabolisme spesies mikrobia tertentu pada makanan dibutuhkan dan digemari oleh manusia. Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada bahan pangan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikrobia yaitu dengan perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan pendugaan massa sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat dilakukan dengan 3 metode yaitu dengan hitungan mikroskopik, MPN (Most Probable Number), dan hitungan cawan. Dari ketiga metode tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan (Dhanzbobz, 2011).
            Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk melatih melakukan pengenceran serial serta menentukan konsentrasi suspensi sel bakteri atau konidia jamur dengan metode hitungan mikroskopis langsung dan hitung cawan.





TINJAUAN  PUSTAKA
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relative besar disebut pelarut (Baroroh, 2004).
Serial Dilution adalah pengenceran bertahap dari suatu zat dalam larutan. Biasanya faktor pengenceran di setiap langkah adalah konstan, sehingga dalam perkembangan geometris dari konsentrasi dalam mode logaritmik. Sebuah pengenceran sepuluh kali lipat serial dapat 1 M, 0,1 M, 0,01 M, 0,001 M. .. Pengenceran serial digunakan untuk menciptakan solusi yang sangat akurat diencerkan serta solusi untuk percobaan menghasilkan kurva konsentrasi dengan skala logaritmik. Sebuah pengenceran sepuluh kali untuk setiap langkah ini disebut pengenceran logaritmik atau log-pengenceran, pengenceran (100,5 kali lipat) 3.16 kali lipat disebut pengenceran setengah-logaritmik atau setengah-log pengenceran, dan pengenceran (100,25 kali lipat) 1,78 kali lipat disebut pengenceran seperempat-seperempat-logaritmik atau pengenceran log. Pengenceran serial yang banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan

4
eksperimental, termasuk biokimia, farmakologi, mikrobiologi, dan fisika (Eema, 2011).
Penentuan konsentrasi sel penting untuk mikrobiologi, biakan sel, dan banyak aplikasi yang membutuhkan penggunaan dari larutan sel. Seringkali densitas sel dari suatu larutan dapat ditentukan secara spektrofotometrik. Namun bentuk penentuan seperti itu tidak dapat menentukan viabilitas sel dan jenis sel. Suatu alat untuk penghitungan sel disebut ruang hitung. Jenis ruang hitung yang paling umum dikenal disebut hemasitometer karena mulanya didesain untuk penghitungan sel darah (Gunawan, 2011)
Hemasitometer adalah suatu ruang kaca dengan sisi yang menjulang dan kaca penutup yang akan menahan cairan tepat 0.1 mm dari atas lantai ruang kaca. Ruang hitung memiliki total luas permukaan 9 mm2 (Gunawan, 2011).
Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel, antara lain dengan hitungan cawan (plate count), hitungan mikroskopis langsung (direct microscopic count) yang menggunakan mikroskop serta ruang hitung (haemositometer) atau secara elektonis dengan bantuan alat yang disebut penghitung coulter (coulter counter) (Hutagaol, 2011).
Penghitungan secara langsung dapat dilakukan secara mikroskopis yaitu dengan menghitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Alat yang digunakan adalah Petroff-Hauser Chamber atau Haemocytometer. Jumlah cairan yang terdapat antara coverglass dan alat ini mempunyai volume tertentu sehingga satuan isi yang terdapat dalam satu bujur sangkar juga tertentu (Yustiah, 2011).

5
Karena ukuran bakteri sangat kecil, menghitung jumlah bakteri dalam sampel bisa sulit. Meskipun jumlah langsung dengan mikroskop, mereka memerlukan banyak waktu dan keahlian. Sebuah metode yang lebih mudah adalah untuk menyebarkan bakteri di wilayah yang luas (plate agar yaitu nutrisi) dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh. Jika bakteri ini menyebar cukup, setiap sel bakteri dalam sampel asli harus menghasilkan koloni tunggal. Biasanya, sampel bakteri harus diencerkan jauh untuk mendapatkan jumlah yang wajar (Eema, 2011).
Ketika seseorang bermaksud untuk menentukan jumlah sel dalam kultur bakteri salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan melakukan pengenceran serial. Karena jumlah sel bakteri biasanya sangat tinggi dalam sampel asli anda (Eema, 2011).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, namun. Cedera bakteri mungkin tidak selalu membentuk koloni. Juga, karena tidak ada solusi tunggal yang pengencer mendukung pertumbuhan semua jenis bakteri, beberapa bakteri dapat dibiarkan keluar dari setiap prosedur penghitungan yang diberikan (Eema, 2011).







BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah suspensi konidia jamur, aquades steril, dan medium NA.
Alat
           Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah  beaker glass, tabung reaksi, spuit 1ml, shaker (vortex), hemasitometer, cawan petri, dan mikroskop.
Tempat dan Waktu
            Kegiatan praktikum dilaksanakan pada pukul 14.00-15.00 WITA, hari selasa 20 Desember 2011. Bertempat di Laboratorium Fitopatologi Fakultas Petanian Universitas Lambung Mangkurat di Banjarbaru.
Prosedur Kerja
A.    Penegenceran Serial.
1.      Tandai tabunng A, B, C yang berisi aquades steril sebanyak 9 ml.
2.      Kocok susupensi konidia jamur yang akan dihitung jumlahnya dan pindahkan 1 ml susupensi ke tabung A.
3.      Kocok tabung A sehingga konidia jamur tersebar dan terlepas dari kelompok atau rantainya.
4.      Pindahkan 1ml dari tabung A ke tabung B, kemudian kocok.
7
5.      Dari tabung B pindahkan 1 ml ke tabung C, kemudian kocok.
B.     Perhitungan Sel Bakteri atau Konidia Jamur.
1.      Menghitung Langsung secara Mikroskopis.
a.       Tandai tabunng A, B, C yang berisi aquades steril sebanyak 9 ml.
b.      Kocok susupensi konidia jamur yang akan dihitung jumlahnya dan pindahkan 1 ml susupensi ke tabung A.
c.       Kocok tabung A sehingga konidia jamur tersebar dan terlepas dari kelompok atau rantainya.
d.      Pindahkan 1ml dari tabung A ke tabung B, kemudian kocok.
e.       Dari tabung B pindahkan 1 ml ke tabung C, kemudian kocok.
f.       Dari tabung C diambil 0,1 ml dan dengan cermat taruhlah pada lekukan berbentuk V pada bagian tengah hemsitometer. Usahakan agar tidak ada cairan masuk diantara kaca penutup dan penyangga kaca penutup karena hal tersebut akan menambah kedalaman cairan dibaawwah kaca penutup yang sebenarnya harus berukuran tepat 0,1 mm. Bila sampai terjadi hal demikian, maka seluruh prosedur harus diulang kembali dari awal.
g.      Taruhlah hemasitometer di ats meja objek mikroskop dengan hati-hati. Amatilah dengan lensa objek berkekuatan rendah dan hitunglah jumlah konidium yang terdapat pada 25 kotak besar yang terletak di dalam kotak bagian tengah yang berukuran 1mm2.


8
h.      Contoh perhitungan : jika pada pengamatan anda terdapat 50 konidium jamur di 5 kotak besar, maka jumlah konidium jamur yang terdapat di dalam 1 ml susupensiasal dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
§  Dalam 25 kotak besar (1 mm3) terdapat 50 x 5 atau 250 konidium jamur.
§  Karena kedalam cairan dibawah hemasitometer ialah 0,1 mm maka volume cairan pada kotak berukuran 1 mm2 adalah 0,1 mm3. Artinya terdapat 250 konidium/0,1 mm3  atau 2500 konidium/mm3.
§  Jumlah konidium jamur yang terdapat didalam susupensi pada tabung C adalah 2,5 x 107 konidium/ml.
§  Jumlah konidium jamur yang terdapat di dalam suspensi asal pada beaker glass adlah 2,5 x 1010 konodium/ml.
2.      Teknik Agar Tuang
a.       Tandai tabunng A, B, C yang berisi aquades steril sebanyak 9 ml.
b.      Kocok susupensi konidia jamur yang akan dihitung jumlahnya dan pindahkan 1 ml susupensi ke tabung A.
c.       Kocok tabung A sehingga konidia jamur tersebar dan terlepas dari kelompok atau rantainya.
d.      Pindahkan 1ml dari tabung A ke tabung B, kemudian kocok.
e.       Dari tabung B pindahkan 1 ml ke tabung C, kemudian kocok.
f.       Dari tabung C dipindahkan 1ml ke cawan petri yang bertanda 10-3. Tuangkan nutrien agar bersuhu 500C ke cawan petri, kemudian

9
g.      diputar-putar cawan tersebut sehingga suspensi bakteri dan nutrien agar tercampur dengan baik.
h.      Setelah agar membeku, baliklah cawan petri dan masukkan ke dalam inkobatur selama 24-48 jam (suhu 370C). Hitung koloni bakteri yang tumbuh pada media cawan.
i.        Contoh perhitungan : jika cawan petri terdapat 25 koloni bakteri, maka jumlah sel bakeri yang terdapat pada suspensi asal dalam erlenmeyer adalah 25 x 103 sel/ ml atau 2,5 x104 sel/ml.













HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar 1. Hasil pengamatan





1.      Perhitungan Konidia Jamur
Didapatkan :         Suspensi C = 0
                              Suspensi B = 2 dalam kotak besar
                              Suspensi A = 15 dalam 9 kotak besar
Perhitungan :
Pada susupensi A dalam 25 kotak besar terdapat 15 x 9 = 135 konidium jamur / 0,1 mm3 atau 1350 konidium/mm3. Jumlah konidium jamur yang terdapat di dalam susupensi tabung A adalah 1,35 x 1010 konidium/ml.
2.      Perhitungan Sel Bakteri
Terdapat 7 koloni bakteri dalam tabung erlenmeyer, maka jumlah sel bakteri yang terdapat pada susupensi asal dalam labu erlenmeyer adalah 7 x 103 sel/ml. Sehingga sel bakteri yang dapat dihitung pada 200 ml susupensi adalah 1.400.00 sel/ml.
11
Pembahasan
            Dari hasil praktikum yang sudah dilakukan perhitungan konidia jamur secara mikroskopis. Sebelum melakukan perhitungan sebaiknya dilakukan pengenceran agar lebih mudah menghitungnya, suspensi yang belum diencerkan mengandung banyak konidia jamur, sehingga apabila tidak diencerkan akan lebih sulit menghitungnya karena lebih banyak konidia jamurnya. Pengenceran bertujuan agar konsentrasi dari suspense tersebut menurun.
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).
Sedangkan pada praktikum perhitungan sel bakteri dengan teknik agar tuang. Sebelum melakukan perhitungan sel bakteri, juga harus dilakukan pengenceran terlebih dahulu agar konsentrasi dari suspense menurun sehingga akan mempermudah untuk melakukan perhitungan sel bakterinya.
Karena ukuran bakteri sangat kecil, menghitung jumlah bakteri dalam sampel bisa sulit. Meskipun jumlah langsung dengan mikroskop, mereka memerlukan banyak waktu dan keahlian. Sebuah metode yang lebih mudah adalah untuk menyebarkan bakteri di wilayah yang luas (plate agar yaitu nutrisi) dan menghitung jumlah koloni yang tumbuh. Jika bakteri ini menyebar cukup, setiap sel bakteri dalam sampel asli harus menghasilkan koloni tunggal. Biasanya,
12
sampel bakteri harus diencerkan jauh untuk mendapatkan jumlah yang wajar (Eema, 2011).
Ketika seseorang bermaksud untuk menentukan jumlah sel dalam kultur bakteri salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan melakukan pengenceran serial. Karena jumlah sel bakteri biasanya sangat tinggi dalam sampel asli anda (Eema, 2011).
Untuk menghitung konidia jamur dibutuhkan alat yang namanya hemasitometer. Hemasitometer adalah suatu ruang kaca dengan sisi yang menjulang dan kaca penutup yang akan menahan cairan tepat 0.1 mm dari atas lantai ruang kaca. Ruang hitung memiliki total luas permukaan 9 mm2 (Gunawan, 2011).
Dalam melakukan perhitungan sel bakteri maupun konidia jamur harus hati-hati, karena setiap prosedur kerja tersebut memerlukan ketelitian. Dalam melakukan pengenceran, sampel yang diambil dari suspensi jamur, maupun dari tabung pengencer A, B, dan C harus sesuai dengan prosedur, karena pengenceran ini sangat berpengaruh terhadap perhitungan sel mikroorganismenya. Selain itu pada saat melakukan pengenceran pada setiap tabung, tabung A, B, maupun C harus dihomogenkan menggunakan shaker atau vortex agar konidia jamur tersebar dan terlepas dari kelompok atau rantainya.






KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
     Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Untuk mempermudah perhitungan sel bakteri maupun konidia jamur harus dilakukan penganceran serial.
2.      Pengencceran serial merupakan penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan.
3.      Beberapa macam cara untuk mengukur jumlah sel, antara lain dengan hitungan cawan, hitungan mikroskopis langsung atau secara elektonis dengan bantuan alat yang disebut penghitung coulter (coulter counter).

Saran
            Untuk memperoleh hasil benar pada suatu praktikum maka praktikan harus hati-hati dan teliti dalam melakukan praktikum, selain itu pada saat melakukan praktikum di dalam laboratorium mikrobiologi praktikan harus dalam keadaan steril agar objek praktikum yang dilakukan tidak terkontaminasi.



DAFTAR PUSTAKA
Balbach,M & L.C.Bliss. 1996. A Laboratory manual For Botany. Saunders collage publishing, New York.

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa aksara, Jakarta.

Dhanzbobz. 2011. Perhitungn bakteri dengan metode. http://dhanaboobyperkasa. blogspot.com.  Diakses tanggal 24 Desember 2011.

Eema. 2011. Pemeriksaan angka kuman serial dilution. http://eema-kharisma.blogspot.com/. Diakses tanggal 24 Desember 2011.

Gunawan farel. 2011. Hemasitometer. http://artikelteknikkimia.blogspot.com/. Diakses tanggal 24 Desember 2011.

Hutagaol Yon Pither. 2011. Laporan mikrobiologi pengolahan. http:// simpleoflive.blogspot.com. Diakses tanggal 24 Desember 2011.

Yustiah yusi. 2011. Mikrobiologi dasar. http://blog.uad.ac.id/. Diakses tanggal 24 Desember 2011.


LAPORAN PENGENALAN ALAT DAN BAHAN LABORATORIUM MIKRO BIOLOGI




                              PENDAHULUAN
Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk nonvegetatip (spora) (Denz, 2010).
Dalam dunia kesehatan, sterilisasi sangatlah penting dilakukan untuk memberikan efek terapeutik yang maksimal. Steril artinya bebas dari segala mikroba baik patogen maupun tidak (Entjang, 2003).
Menurut Ramona (2007), sterilisasi merupakan suatu proses membebaskan suatu peralatan atau bahan dari mikroorganisme yang tidak dikehendaki.  Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme (Pratiwi, 2008).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Pemilihan mekanisme sterilisasi yang dilakukan hendaknya disesuaikan dengan sifat bahan yang akan disterilkan. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar-sinar yang memiliki panjang gelombang pendek (Ramona , 2007).
Menurut Ramona (2007), sterilisasi secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti alkohol, desinfektan, formalin, dan sebagainya.  Sedangkan menurut Waluyo (2004),  bahan kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yang disterilkan. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau


2
0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Sterilisasi dengan swab dilakukan untuk mengetahui jumlah mikroba pada permukaan tubuh.
Adapun tujuan dari praktikum sterilisasi bahan dan alat ini adalah untuk memahami beberapa macam prosedur sterilisasi bahan dan peralatan.

















TINJAUAN  PUSTAKA
Menurut Denz (2010), sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk nonvegetatip (spora).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). 
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan diluluhkan (Lestari, 2011).
       Beberapa cara sterilisasi yaitu: sterilisasi dengan api, sterilisasi dengan oven, sterilisasi dengan autoclave dan sterilisasi dengan bahan kimia.
a.       Sterilisasi dengan api
Sterilisasi dengan api digunakan untuk peralatan yang terbuat dari logam dan gelas.  Sterilisasi dilakukan dengan menempatkannya pada sudut 450 terhadap api lampu Bunsen.  Alat – alat dari logam yang tahan terhadap panas seperti ose dan jarum inokulasi sterilisasi dengan mencelupkan alat tersebut ke dalam alcohol 95% lalu dipanaskan di atas lampu bunsen sampai pijar.untuk alat – alat dari logam yang tidak tahan panas, misalnya scalpel, pinset, spatula dan gunting sterilisasinya dengan mencelupkan alat tersebut ke dalam alcohol    


4
95%  lalu dipanaskan diatas api sampai kering(tidak pijar).  Untuk alat – alat seperti cawan petri, labu Erlenmeyer dan tabung reaksi sterilisasi dengan dipanaskan pada bagian bibirnya. Sedangkan gelas obyek sterilisasinya dengan cara menempatkan pada lampu speritus dalam keadaan miring dan digerakan beberapa kali.
b.      Sterilisasi dengan oven
Sterilisasi dengan oven dilakukan untuk alat – alat yang terbuat dari gelas seperti cawan petri, tabung reaksi dan lain – lain, juga zat kimia seperti CaCo3 dapat disterilkan dengan oven.   Sebaiknya alat – alat yang akan dimasukkan ke dalam oven harus dalam keadaan kering dan dan untuk cawan petri dibungkus dengan kertas sedangkan labu, tabung reaksi dan botol disumbat dengan kapas.  Suhu yang digunakan untuk sterilisasi pada oven yaitu: 1 jam untuk 1800 C, 2 jam untuk 1700 C, 4 jam untuk 1600 C.
c.       Sterilisasi dengan autoclave
Sterilisasi dengan autoclave biasanya digunakan untuk sterilisasi medium dan alat – alat dari gelas yang tahan terhadap suhu tinggi dan tekanan.   Waktu sterilisasi menggunakan autoclave yaitu selama setengah jam pada suhu 1210C, perhitungan waktu dimulai bila suhu telah mencapai 1210C.
d.      Sterilisasi dengan bahan kimia.
Sterilisasi dengan bahan kimia digunakan untuk mensterilkan bahan - bahan   yang terurai pada suhu yang tinggi digunakan uap kimia yang bersifat racun.  Beberapa zat kimia yang dapat digunakan adalah foormaldehid dan glutaraldehid aldehid.  Perlakuan sterilisasi berkisar antara 2 sampai 18 jam


5
tergantung pada zat kimia yang digunakan. Sterilisasi dengan zat kimia di laboratorium terbatas pada perlakuan desinfeksi pada meja laboratorium setiap kali sebelum dimulai dan sesudah selesai bekerja.  Untuk sterilisasi tangan digunakan alkohol.





















BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan
            Bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alkohol 70%, air, kapas dan kertas koran.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Lampu bunsen, Autoclave, Oven, Sprayer, Botol vit C1000, Cawan petri, Tabung reaksi, Tabung erlenmeyer, Jarum inokulasi, Ose dan Spatula.
Tempat dan Waktu
Praktikum dilaksanakan di laboratorium fitopatologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.  Pada hari selasa tanggal  29 November 2011 pukul 14.00 - 16.00 Wita.
Prosedur Kerja
1.      Alat-alat seperti jarum inukolasit, ose, pinset, mulut tabung erlenmeyer dan strilikan dengan panas pembakaran dilakukan dengan dipijarkan pada nyala api bunsen sampai memijar atau panas.
2.      Alat-alat gelas seperti cawan petri, erlenmeyer, tebung reaksi dapat disterilkan dengan steril basah atau kering
3.      Alat-alat gelas yang akan dimasukan ke dalam oven harus dalam keadaan kering


7
4.      Alat-alat gelas seperti labu/botol dan pipet lubangnya harus disumbat dengan kapas sampai rapat.
5.      Semua alat gelas tersebut kemudian dibungkus dengan kertas, kemudian dimasukkan ke dalam oven atau autoclave.
6.      Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung pada suhu yang digunakan yaitu 1 jam dengan suhu 170 0C pada oven dan 121 0C dengan tekanan 15 psi selama 15 menit pada autoclave.
7.      Setelah selesai oven jangan langsung dibuka sebelum suhu yang didalam oven atau autoclave dingin.
8.      Alat-alat yang sudah disterilkan jangan disimpan dalam oven atau autoclave tetapi disimpan pada tempat tertutup atau dibungkus dengan plastik.









HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1.  Hasil praktikum sterilisasi bahan dan alat
No.
Gambar
Keterangan
1.

Sterilisasi menggunakan pemanasan dengan api lampu bunsen sampai panas memijar (merah).

2.

Sterilisasi menggunakan oven dengan suhu 170 0C selama 1 jam.

3.

Sterilisasi alat bahan dengan autoclave dengan tekanan 15 psi pada suhu 121 0C selama 15 menit.

4.

Sterilisasi tangan praktikan dengan bahan kimia menggunakan alkohol 70%.

Pembahasan
Pada kegiatan praktikum kali ini hanya melakukan sterilisasi pada alat – alat yang ada pada laboratorium fitopatologi. Sterilisasi ini bertujuan agar alat-alat yang berada di laboratorium tidak terkontaminasi dengan mikroba yang ada di lingkungan sekitar. Alat- alat yang disterilisasi adalah botol vit C1000, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, dan cawan petri.




10
Pada praktikum kali ini menggunakan empat metode sterilisasi yaitu sterilisasi dengan api bunsen (pemijaran), oven, autoclave dan menggunakan bahan kimia. Sterilisasi dengan api digunakan untuk peralatan yang terbuat dari logam dan gelas.  Alat – alat dari logam yang tahan terhadap panas seperti ose dan jarum inokulasi sterilisasi dengan mencelupkan alat tersebut ke dalam alcohol 70% lalu dipanaskan di atas lampu bunsen sampai pijar.untuk alat – alat dari logam yang tidak tahan panas, misalnya scalpel, pinset, spatula dan gunting sterilisasinya dengan mencelupkan alat tersebut ke dalam alcohol 70%  lalu dipanaskan diatas api sampai kering (tidak pijar).  Untuk alat – alat seperti cawan petri, labu Erlenmeyer dan tabung reaksi sterilisasi dengan dipanaskan pada bagian bibirnya. Sedangkan gelas obyek sterilisasinya dengan cara menempatkan pada lampu speritus dalam keadaan miring dan digerakan beberapa kali.
Sterilisasi dengan oven dilakukan untuk alat – alat yang terbuat dari gelas seperti cawan petri, tabung reaksi dan lain – lain, juga zat kimia seperti CaCo3 dapat disterilkan dengan oven.   Sebaiknya alat – alat yang akan dimasukkan ke dalam oven harus dalam keadaan kering dan dan untuk cawan petri dibungkus dengan kertas sedangkan labu, tabung reaksi dan botol disumbat dengan kapas.  Suhu yang digunakan untuk sterilisasi pada oven yaitu: 1 jam untuk 1700 C.
Sterilisasi dengan autoclave biasanya digunakan untuk sterilisasi medium dan alat – alat dari gelas yang tahan terhadap suhu tinggi dan tekanan.  Sebelum alat-alat gelas disterilisasikan menggunakan autoclave, semua alat harus dicuci sampai bersih. Alat – alat yang sudah disterilkan hendaknya disimpan di tempat yang tidak mudah terkontaminasi.


            11
Praktikum selanjutnya yaitu sterilisasi menggunakan bahan kimia, sterilisasi ini menggunakan larutan alkohol 70% yang disemprotkan ke tangan praktikan yang bertujuan agar saat praktikan melakukan praktikum atau saat memegang alat dan bahan, tangan praktikan tidak terkontaminasi mikroba.
















KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1.      Alat-alat yang digunakan untuk praktikum mikrobiologi harus steril
2.      Cara sterilisasi ada empat yaitu sterilisasi dengan api, sterilisasi dengan oven, sterilisasi dengan autoclave dan sterilisasi dengan bahan kimia..
3.      Metode - metode sterilisasi yang digunakan tergantung pada sifat alat dan bahan yang akan disterilkan.
Saran
          Saran untuk kegiatan praktikum ini adalah:
1.      Dalam melakukan praktikum kita harus hati-hati dalam menggunakan alat-alat yang digunakan.
2.      Sebelum melakukan praktikum kita harus memeriksa terlebih dahulu alat-alat dan bahan yang ingin digunakan.






DAFTAR PUSTAKA
Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Fardiaz Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Lestari Tsanie.  2011.  Sterilisasi alat dan ba  han. http://kehidupan-tak- abadi.blogspot.com/.  Diakses tanggal 30 November 2011.

Denz Park Ji Kyong.  2010.  Sterilisasi.  http://dprayetno.wordpress.com/.  Diakses tanggal 30 November 2011.

Pratiwi  Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.Bandung.

Ramona, Y, R. Kawuri, I. B. G Darmayasa. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Umum Program Studi Farmasi. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi F. MIPA UNUD. Bukit Jimbaran.

Waluyo  Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.








 DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL........................................................................................................ ii
PENDAHULUAN........................................................................................... ........... 1
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................. 3
BAHAN DAN  METODE........................................................................................... 6
            Bahan dan Alat ................................................................................................ 6
                  Bahan.......................................................................................................... 6
                  Alat............................................................................................................. 6
            Tempat dan Waktu............................................................................................ 6
            Prosedur Kerja.................................................................................................. 6
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................... 8
            Hasil.................................................................................................................. 8
            Pembahasan....................................................................................................... 9
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................. 12
            Kesimpulan..................................................................................................... 12
Saran............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13